Periode Dinasti Utara dan Selatan (南北朝 , 420-589) menandai titik balik yang menentukan dalam sejarah seni Tiongkok, ditandai dengan perkembangan yang berbeda antara Utara dan Selatan.
Konteks sejarah dan pengaruh
Setelah jatuhnya Jin Timur pada tahun 420, Tiongkok terpecah menjadi kerajaan-kerajaan yang bersaing: Dinasti Selatan (南朝 ) dan Dinasti Utara (北朝 ). Fragmentasi politik ini menghasilkan dua aliran seni yang berbeda:
- Di Selatan: Berkembangnya tradisi sastra dan lanskap
- Di Utara: Sintesis pengaruh Buddha dan nomaden

Dinasti Selatan (Abad ke-5)
Dimensi: 19 × 38 × 6 cm
Ditemukan di Dengxian (邓县 ), Henan
Inovasi seni selatan
Pengadilan Selatan menyaksikan tiga revolusi seni:
- Lukisan lanskap: Kodifikasi pertama prinsip-prinsip lanskap dengan "Enam Prinsip" Xie He (谢赫 )
- Kaligrafi: Penyempurnaan gaya reguler (楷书 ) dan kursif (草书 )
- Otonomi seni: Teori estetika pertama yang independen dari fungsi ritual
Renaisans Buddha utara
Dinasti Utara (Wei Utara, Qi Utara) menjadi tempat peleburan seni Buddha Tiongkok:
- Pendirian tempat suci batu Longmen (龙门 ) pada tahun 494
- Sintesis pengaruh India, Asia Tengah, dan Tiongkok
- Pengembangan gaya "jubah basah halus" (曹衣出水 )

Dinasti Utara, Kerajaan Qi
Lukisan dinding Dunhuang (敦煌 )

Dinasti Utara, Kerajaan Wei
Gua Guyang (古阳洞 ), Longmen

Dinasti Utara, Kerajaan Wei
Ukiran pada peti mati batu
Revolusi teknis
Periode ini melihat kemajuan yang menentukan:
- Porselen: Produksi pertama yang tercatat (makam Anyang, 575)
- Patung: Teknik relief naratif
- Pigmen: Pengenalan biru lapis lazuli dan hijau malakit
Guru pendiri
Seniman utama yang menandai periode ini:
Warisan artistik
Periode ini meletakkan dasar bagi zaman keemasan Tang: sintesis tradisi selatan (elegansi sastra) dan tradisi utara (kekuatan patung), kodifikasi genre lukisan, dan institusionalisasi Buddhisme sebagai sumber utama inspirasi artistik.